Senin, 10 Oktober 2011

Love Story

Raihlah cinta di saat kamu sempat. Jangan pernah lepaskan jika cinta sejati sudah kamu temukan. Buatlah dirimu merasa beruntung. Bukan karena kamu punya cinta. Tapi karena kamu merasa dicintai.


Namaku Ryan, 24 tahun. Hari ini merupakan hari yang special. Itu sebabnya aku ingin membagi pengalamanku ini ke kalian ...

Kalau ada kontes orang terkejam di dunia mungkin akulah pemenangnya ...

Andrea nama cewek itu, salah satu cewek dari sekian banyak cewek yang pernah kujadikan 'piala'. Ya di SMU dulu aku dikenal doyan gonta-ganti pacar. Dari Sylvia yang tercantik di sekolah sampai Patricia si tomboy pernah menjadi pacarku. Dari sekian cewek-cewek itu hanya Andrea satu-satunya cewek yang benar-benar membuat aku merasakan arti cinta sebenarnya.

Andrea memang tidak secantik Sylvia, tidak sepintar Diana, tidak seseksi Priscilia, atau kelebihan lain yang patut dibanggakan, tapi entah mengapa cowokk-cowokk di sekolah berebut untuk selalu berada di dekatnya. Hal itu pulalah yang membuat aku penasaran ingin memenangkan hatinya. Semua orang tahu walaupun Andrea dikejar banyak cowok, dia tidak pernah memilih satupun diantara mereka menjadi pacarnya.

Mulanya aku hanya iseng sekedar untuk membuktikan kebenaran hal itu. Hari itu 21 April 1995, aku sukses berkenalan dengan Andrea. Hanya dalam hitungan menit Andrea sudah menganggapku sebagai teman dekat. Bahkan dia menyetujui untuk membantuku mengerjakan PR laporan Inggrisku. "Semua cewek sama, bertekuk lutut di hadapan seorang Ryan", begitu pikirku.

Aku meneruskan pedekate kilatku. Donny sobat kentalku melarangku menjadikan Andrea bagian dari pialaku. "Andrea bukan seperti cewek lain", begitu kata-kata Donny saat aku menceritakan rencanaku itu. Tapi aku tak mempedulikannya. Aku ingin mendapatkan cinta dari seorang cewek yang benar-benar sayang padaku. Bukan karena kepopuleranku tapi karena jauh di lubuk hatinya hanya ada aku seorang. Itulah sebabnya aku bertekad mencarinya, dengan julukan "petualang cinta" sekalipun...

Jalanku merebut hati Andrea hampir sukses. Tinggal satu sentuhan maka aku yakin dia bakalan berakhir seperti cewek-cewek yang lain, "Menerima cintaku hanya karena kepopuleranku". Tapi dugaanku salah. Tak kusangka Andrea menolakku ketika aku menyatakan maksudku untuk menjadi cowok spesialnya. Wow ini kuanggap sebagai kegagalan luar biasa. Bagaimana mungkin seorang Ryan ditolak mentah-mentah oleh seorang Andrea ...

Tidak ... Tidak aku tidak akan mundur sampai aku benar-benar mendapatkan cintanya.

Akhirnya, 10 juli 1995 Andrea sukses menjadi cewekkku yang ke-18. Seperti yang aku bilang aku tidak pernah serius dengan cewek. Aku cuma ingin membuktikan seberapa besar cinta mereka, sama seperti Andrea.

Andrea benar-benar polos. Dia tidak pernah menyadari bahwa aku tidak benar-benar mencintainya. Dia juga tidak pernah peduli dengan julukan 'petualang cinta' buatku.

Sebenarnya hari-hariku kujalani dengan bahagia dengan Andrea sebagai pacarku. Dia selalu ada saat aku kesulitan membuat PR, menelponku tiap malam hanya untuk menanyakan keadaanku, atau perhatian lain yang tak pernah kudapat dari cewek lain. Setiap hari nomor yang sama selalu muncul di hpku, atau nomor rumah Andrea ... Ada saja yang dibicarakannya di telepon, sampai tak terasa hampir 2 jam aku mendengar suaranya.

Aku benar-benar salah satu cowok yang beruntung. Itulah sebabnya aku harus mengakhiri ini semua. Andrea berhak mendapatkan cowok lain yang benar-benar sayang padanya, bukan aku ...

Aku bersikap dingin padanya. Kalaupun ada perhatian yang kuberikan, itupun hanya sekedar rasa terima kasihku atas perhatiannya selama ini. Kalau dulu saat pedekate aku menelponnya setiap hari. Sekarang kapan aku menelpon dia bisa dihitung dengan jari. Dia juga rela mengorbankan uang tabungannya hanya untuk memberikan sesuatu di hari ulang tahunku. Walaupun aku cuek padanya, namun Andrea nggak pernah protes, seperti yang dilakukan cewek lain saat aku memperlakukan mereka seperti saat ini. 'Tak punya perasaan' itulah julukan lain yang pantas kusandang ...

Dua tahun sudah Andrea menjadi pacarku, 'piala' terlama yang pernah menjadi koleksiku. Aku tidak tahu mengapa dia belum juga memutuskanku, walau aku sudah banyak menyakiti hatinya. Dia selalu menerima apapun kesalahanku. Enam bulan mendatang aku harus segera berangkat ke Boston untuk melanjutkan kuliahku. Dan aku tak ingin Andrea lebih sakit saat mendengar kepergianku. Memang aku dikenal 'playboy', tapi dalam kamusku tidak ada kata 'memutuskan cewek'. Untuk itu aku mengambil keputusan yang mengubah segalanya ... Aku akan membuat Andrea membenciku, begitu pikirku.

Hari itu, aku mengajak Andrea pergi ke pesta Natalia, cewek yang kukenal beberapa hari lalu di mall. Bisa kuakui Nat memang menarik dan kelihatannya Nat tertarik padaku. Pesta Nat benar-benar meriah, kemanapun aku melangkah Nat selalu berusaha untuk dekat denganku. Aku tak begitu terkejut dengan keagresifannya. Dari kesekian cewek yang pernah kukenal mungkin hanya Andrealah yang pernah menolakku ...

Nat berani menggandeng tanganku dan bahkan mengusap keringat yang menetes dari dahiku, walaupun dia tahu Andrea ada di situ ... Aku sengaja membuat Nat memperlakukanku bak pacarnya hanya untuk membuat Andrea memutuskan hubungan kami. Tapi apa yang kulihat? Andrea hanya tersenyum walaupun aku tahu di balik senyumnya itu tersimpan luka yang menganga lebar. Maafkan aku Andrea...

Aku terus memanasi Andrea, entah itu dengan memberi perhatian pada cewek lain di depan matanya ataupun menerima perhatian dari para cewek agresif yang masih mengharapkan aku menerima cinta mereka. Aku masih berpikir mungkinkah Andrea benar-benar menerimaku bukan karena kepopuleranku tapi karena dia benar-benar sayang padaku ? Tapi tak mungkin, kalau dia memang sungguh-sungguh. Kenapa dia diam saja saat aku mencoba membuatnya cemburu ?

Well, akhirnya aku mengambil keputusan.

Hari itu, 1 April 1997 aku datang menemui Andrea. Kukatakan terus terang bahwa ada cewek lain selain dia. Kukatakan bahwa aku cuma ingin mengujinya dengan mempermainkannya. Aku tidak tahu mengapa saat itu aku dengan tega mengatakan padanya bahwa Andrea tidak berarti apa-apa dibandingkan cewek lain yang pernah dekat denganku. Hari itu memang April Mop, tapi itu bukan lelucon bagi Andrea.

Saat itu untuk yang pertama kalinya aku melihat Andrea meneteskan air mata. Dia memelukku tiba-tiba dan berkata, "Ryan, aku tahu kalo suatu hari kamu bakalan ngomong ini ke aku. Aku tahu semua yang kamu rencanakan. Akupun tahu perasaan kamu yang sebenarnya. Aku tidak sepolos yang kamu kira Ryan ... Aku tahu semuanya. Asal kamu tahu Ryan, aku sayang sama kamu sebelum kamu kenal aku. Aku sayang kamu sebelum 21 April 1995 saat kamu perkenalkan dirimu. Bahkan saat kamu dengan cueknya menanggapi Lydia yang saat itu ngejar kamu. Begitu juga dengan Lisa yang kamu bikin nangis gara-gara sikap dingin kamu,..." Andrea menyebutkan semua peristiwa yang aku sendiri tidak ingat kapan terjadinya. Tak kusangka sebegitu besar perhatiannya padaku, dia ingat semuanya ...

"Kamu tahu Ryan, aku menerima cintamu cuma supaya kamu sadar kalau kamu nggak bisa seenaknya seperti itu. Kami para cewek punya hati. Kami punya harga diri. Jangan mentang-mentang kamu keren, terus kamu bikin kami mainan kamu, Ryan ... Aku ingin kamu sadar kalau kamu salah. Cinta itu datang sendiri Ryan. Biarkan cinta yang mencari kamu."

"Mulanya aku yakin suatu saat kamu bakalan menyadari itu semua. Tapi aku gak menyangka ternyata kamu ... Kamu memang tak punya perasaan. Ryan, puas kamu ??? Tak tahukah kamu, bahwa ... dengerin ini Ryan, kalau kamu anggap aku sama saja dengan cewek lain, kamu salah. Suatu hari kamu pasti menyadari. Aku yakin itu."

Aku tak sempat berkata-kata ...

"Ryan, sudah selesai ?", aku tersadar dari lamunanku. Tahu-tahu Donny sudah ada di sampingku, menyadarkanku dari lamunan bersama Andrea yang pergi meninggalkanku selama-lamanya. Tepat pada hari aku menorehkan luka terdalam di hatinya.

Andrea ... cewek satu-satunya yang berhasil membuat aku dicopot dari jabatanku sebagai 'petualang cinta'. Andrea juga yang telah membuat seorang Ryan ditaklukkan oleh seorang Andrea. Memang kusadari dari dulu bahwa diam-diam aku mulai menyayangi Andrea. Tapi aku terlalu gengsi untuk mengakuinya. Aku baru menyadari kata-kata apa yang akan diucapkan Andrea saat itu ...

Ya, Andrea diam bukan karena dia tidak mencintaiku tapi karena dia terlalu sayang padaku. Dia ingin aku bahagia, dan aku tak pernah menyadari hal itu. Aku terlalu egois. Aku mengecup bibirnya yang mungil untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Andrea cewek satu-satunya yang berhasil mendapatkan 'first kiss'ku.

Sepeninggal Andrea aku merasa ada yang hilang dalam diriku. Tidak ada lagi yang dengan setia menanyakan keadaanku. Atau seseorang yang menghiburku saat aku membutuhkannya. Ataupun suara Andrea yang membuatku tidur nyenyak.

Andrea merupakan pelabuhan terakhirku. Sudah 5 tahun sejak kepergiannya. Aku bahkan belum sempat mengatakan yang sejujurnya. Rasa bersalah itu tetap ada. Hari ini genap 23 tahun ulang tahun Andrea, "Happy B'day, honey". Aku paham sekarang kenapa banyak cowok yang ingin jadi pacarnya, walau Andrea tidak punya banyak kelebihan seperti cewek lain. Andrea yang baik hati, ceria, penyayang, setia, sabar. Hal-hal kecil yang membuatnya beda dengan cewek lain. Aku sadari bahwa keindahan hati lebih penting dari segalanya. Namun kuterlambat menyadari ...

Mungkin hanya ini yang bisa kukatakan buat siapa saja yang membaca ceritaku ini ...

"Cinta bisa mengubah segalanya. Bahkan perasaan benci sekalipun. Raihlah cinta di saat kamu sempat. Jangan pernah lepaskan jika cinta sejati sudah kamu temukan. Buatlah dirimu merasa beruntung. Bukan karena kamu punya cinta. Tapi karena kamu merasa dicintai. Perhatian sekecil apapun dari seseorang akan membuatmu merasa berharga. Dan membuat bagian dari hidupmu hilang saat tak lagi ada perhatian itu".
(kisah nyata, sumber tidak ingin disebutkan yang jelas dia temanku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar