Rasa-rasanya belum banyak
orang tahu bahwa Bali memiliki tempat wisata yang berbeda, yaitu Hutan Bambu (Bambu
Forest). What, Hutan Bambu?
Jangan bingung dulu karena objek wisata ini lain daripada yang lain dan dijamin
bisa memberikan nuansa yang sama sekali berbeda kepada setiap pengunjungnya.
Bagi wisatawan yang sudah bosan mengunjungi wisata pantai, gunung, danau atau
pura, tak ada salahnya jika menyempatkan waktu berkunjung ke spot wisata Hutan
Bambu yang terletak di Kabupaten Bangli ini.
Nilai Ekologis dan Ekonomis
Hutan Bambu ini dinilai memiliki nilai ekologis dan ekonomis
yang tinggi. Hal demikian tak bisa dilepaskan dari peran masyarakat sekitar
untuk senantiasa menjaga kelestarian dan kealamian Hutan Bambu. Setiap warga
sangat menaati peraturan bahwa pelestarian dan pembudidayaan Hutan Bambu
menjadi tanggungjawab mereka karena diyakini merupakan titipan nenek moyang dan
akan memberikan kemanfaatan bagi mereka.
Hutan
Bambu ini memiliki luas sekitar 45 hektar dan dijadikan sebagai daerah resapan
air utama yang oleh karenanya maka memiliki nilai ekologis sangat tinggi. Warga
atau siapapun yang berkunjung ke Hutan Bambu ini dilarang untuk menebang pohon
bambu sembarangan dan diwajibkan melakukan tebang pilih pada hari-hari yang
telah ditentukan supaya tidak terjadi kerusakan pohon bambu.
Mayoritas masyarakat Bali yang beragama Hindu dengan landasan
Tri Hita Karana, khususnya dalam konteks bidang Palemahan, menilai bahwa pohon
bambu dalam kepentingan upacara-upacara kegamaan belum dapat digantikan. Sebab
itu, setiap warga diwajibkan menaati peraturan supaya tak melakukan penebangan
secara semena-mena, disamping juga tentunya tuntutan untuk menjaga kelestarian
Hutan Bambu.
Menunjang “Bali Clean and Green”
Sementara
berkaitan dengan program Pemerintah Bali, khususnya Kabupaten Bangli yang ingin
mewujudkan Bali yang bersih dan hijau, maka jelas sekali eksistensi dan
kelestarian Hutan Bambu sangat membantu dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Peran Hutan Bambu disini selain sebagai daerah resapan air, juga memiliki nilai
ekonomis khususnya dalam mendukung berbagai acara keagamaan, maupun untuk
melestarikan kesenian dan kebudayaan kawasan Bangli. Sebagai contoh, bambu
seringkali dimanfaatkan untuk atap rumah atau sirap di Desa Penglipuran, dimana
rumah-rumah tersebut kemudian ditetapkan sebagai objek wisata yang tentunya
akan menghasilkan pemasukan dari para pengunjung.
Berwisata dan Peka Lingkungan
Dengan mengunjungi Hutan Bambu para wisatawan selain bisa
melihat dan menikmati keeksotisan berbagai jenis pohon bambu seperti Bambu
Petung, Bambu Talang, juga secara otomatis akan disadarkan tentang betapa
pentingnya menjaga dan melestarikan alam supaya tak terjadi kerusakan.
Pohon-pohon bambu akan sangat menarik dilihat terutama ketika ada angin besar
yang akan menggoyangkan pepohonan bambu tersebut sampai mengeluarkan bunyi yang
terkadang beraturan.
Menuju Hutan Bambu
Lokasi Hutan Bambu ini berada
di Desa Kubu, Kabupaten Bangli, atau sekitar 5 km dari Kota Bangli. Dari arah
Denpasar berjarak sekitar 50 km dan bisa ditempuh dengan waktu 1 jam
perjalanan. Perjalanan ke wisata ini akan lebih cepat jika menggunakan
kendaraan pribadi atau sewaan/rental ketimbang menggunakan angkutan umum.
Sikapi hutan dengan bijak, suatu ungkapan baik yang sering kita dengar, tetapi jarang kita lakukan. Tak hanya bagi para penggiat alam bebas, tetapi kita manusia pada umumnya. Hormati dan jaga hutan kita. Karena di sanalah sumber dari kehidupan bumi, dan munculnya bumi kita menjadi hijau dan sehat. lalu, bagaimana sikap bijak kita terhadap hutan?
1. Tidak mencoret - coret batang pohon dan bebatuan yang ada di hutan. Selain membuat keindahan hutan berkurang, juga bisa menyakiti pohon karena dapat menutupi stomata ( tempat keluar masuknya udara ( CO2 dan O2 )). Hal tersebut mengganggu pertukaran udara dari sel tumbuhan ke lingkungan dan sebaliknya.
2. Tidak melukai, menangkap, dan membunuh satwa yang menjadi penghuni hutan. Jangan ganggu satwa liar, biarkan mereka hidup serasi di hutan dengan tenang!
3. Jika akan berkemah, gunakan tempat yang telah disediakan. Jika tidak disediakan tempat berkemah, carilah bagian hutan yang agak lapang dan datar tanpa menebang pohon, sehingga tidak merusak hutan.
4. Jangan Meninggalkan puntung rokok yang belum mati benar. Meskipun apinya kecil, bisa menjadi salah satu sumber kebakaran hutan, terutama saat musim kemarau.
5. Tidak meninggalkan sampah, terutama sampah plastik dan kaleng ( yang tidak dapat membusuk ) karena dapat mencemari hutan. Sampah plastik membutuhkan ratusan tahun untuk dapat terurai secara alami. Sampah tersebut disimpan dalam suatu wadah khusus, dan dibuang di tempat sampah yang semestinya di luar hutan.
6. Saat membuat api unggun gunakan ranting atau daun yang telah patah atau jatuh. Jangan sekali - kali menebang pohon untuk membuat api unggun karena dapat merusak hutan. Setelah selesai, padamkan api hingga benar - benar padam lalu bersihkan tempat bekas api unggun tersebut.
7. Tidak membawa pulang tumbuhan atau satwa liar dari hutan. Simpanlah kenangan manis anda selama berada di hutan di dalam kamera foto atau kamera video anda.
SAVE OUR FOREST FROM DEFORESTATION !
Cobalah lebih dekat dengan alam dan hutan saat kita sedang melakukankegiatan di alam terbuka, dan jika punya rasa, dengarlah tangisan mereka akibat perbuatan kita terhadap mereka yang merusak. Kemudian ambil sikap bijaksana. Cintai dan jaga alam dan hutan kita!
source: belantara indonesia dan saka wanabakti ponorogo book